Truk Flores dikenal luas karena kemampuannya membawa muatan dalam jumlah ekstrem hingga menutupi hampir seluruh kabin. Pemandangan truk yang menjulang tinggi dengan tumpukan barang ini bukan hanya unik, tetapi juga menjadi identitas khas transportasi di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Fenomena ini sudah berlangsung sejak lama, dipengaruhi oleh kondisi geografis, ekonomi, dan budaya transportasi masyarakat setempat.
Rute perjalanan di Flores menuntut efisiensi yang tinggi. Jarak antarkota yang jauh, jalanan menanjak dan berkelok, serta akses yang terbatas membuat pemilik truk memilih untuk mengangkut sebanyak mungkin muatan dalam sekali jalan. Setiap perjalanan harus memberikan keuntungan maksimal, sebab biaya operasional seperti bahan bakar dan perawatan kendaraan cukup tinggi. Inilah alasan mengapa truk di Flores sering mengangkut barang hingga melebihi batas bak standar, bahkan menumpuk ke atas hingga kabin nyaris tertutup.
Muatan yang dibawa sangat beragam. Truk bisa mengangkut hasil panen seperti kopi, cengkih, jagung, dan sayuran pegunungan, lalu ditumpuk bersama material bangunan, barang kebutuhan rumah tangga, hingga hewan ternak. Sering kali, barang ditata sesuai bentuk tumpukan, bukan sesuai standar keselamatan. Karung yang besar ditaruh di dasar, lalu disusul tumpukan kotak atau batang kayu di atasnya, membentuk menara muatan yang menjulang dramatis.
Hal yang membuat fenomena ini semakin unik adalah kebiasaan membawa penumpang di atas muatan. Di banyak daerah pedesaan, truk adalah satu satunya transportasi yang tersedia. Warga yang ingin pergi ke kota terdekat sering duduk di atas karung atau rangka besi tambahan di bagian atas muatan. Praktik ini, meski berisiko, sudah dianggap lumrah oleh masyarakat lokal karena akses transportasi umum yang minim.
Namun, gaya angkut ekstrem ini bukan tanpa risiko. Truk yang membawa muatan terlalu berat membuat sistem pengereman bekerja jauh lebih keras. Di jalanan Flores yang penuh tikungan tajam dan turunan panjang, kondisi ini memperbesar potensi kecelakaan. Sopir harus menguasai teknik pengereman manual, memilih persneling rendah di tanjakan dan turunan, serta menjaga keseimbangan kendaraan agar tidak oleng. Selain itu, pandangan sopir dapat terhalang oleh muatan yang menutupi kabin, membuat manuver semakin sulit saat berpapasan dengan kendaraan lain.
Modifikasi truk juga menjadi bagian dari budaya angkut lokal. Banyak truk Flores dilengkapi papan kayu di sisi kanan dan kiri untuk memperluas kapasitas bak. Ada juga rangka besi tambahan di bagian atas agar muatan bisa ditahan dengan aman. Beberapa pemilik bahkan mengecat bak dengan warna cerah atau menambahkan tulisan khas daerah, menjadikan truk bukan sekadar alat angkut tetapi juga simbol kebanggaan.
Dari sisi sosial ekonomi, truk bermuatan besar memberikan dampak signifikan. Petani dapat mengirimkan hasil panen ke kota dengan biaya terjangkau karena biaya per unit barang turun jika muatan diperbanyak. Perdagangan antardaerah di Flores juga sangat bergantung pada truk jenis ini, terutama untuk menghubungkan wilayah pedalaman dengan pelabuhan besar seperti Labuan Bajo, Ende, dan Larantuka. Namun, kerusakan jalan sering meningkat akibat beban truk yang melebihi kapasitas ideal, sehingga pemerintah harus mengalokasikan anggaran perawatan jalan lebih besar setiap tahun.
Meski penuh tantangan, truk Flores tetap menjadi ikon transportasi yang melekat kuat dalam kehidupan masyarakat. Banyak wisatawan yang terkesan melihat truk dengan muatan raksasa melintasi jalanan Trans Flores yang dramatis. Pemandangan tersebut sering menjadi momen foto yang mencerminkan kehidupan sehari hari di NTT yang keras, kreatif, dan penuh warna.
Ke depannya, keseimbangan antara ciri khas budaya transportasi dan keselamatan jalan perlu dijaga. Edukasi bagi sopir, perawatan teknis kendaraan, serta pengawasan standar muatan dapat membantu mengurangi risiko kecelakaan tanpa menghilangkan identitas unik truk Flores. Jika langkah ini dilakukan, fenomena truk bermuatan tinggi tidak hanya menjadi cerita eksotis, tetapi juga contoh adaptasi transportasi yang lebih aman dan berkelanjutan.